Jumat, 24 Oktober 2014

Hakikat Pembelajaran ipa Terpadu


Pembelajaran IPA Terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA Terpadu dengan situasi lebih “alami” dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-konsep sains dan berpikir tingkat tinggi (HOTS = High Order Thinking Skills). Selain itu pembelajaran IPA Terpadu mendorong siswa untuk tanggap dalam linkungan dan budayannya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Sebelum tahu AIDS, seseorang bertanya “jenis penyakit apakah AIDS itu?”, “Apakah penyebab penyakit AIDS?”. Bertanya baik dilakukan oleh guru maupun siswa, merupakan ciri utama pembelajaran IPA Terpadu. Bertanya dalam pembelajaran IPA Terpadu dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Selain itu bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yang menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Apabila bertanya merupakan ciri utama pembelajaran IPA Terpadu maka menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran tersebut. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan dan menggeneralisasi sendiri. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPA Terpadu guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Siklus inkuiri haruslah merupakan salah satu langkah yang diterapkan dalam pembelajaran IPA Terpadu dengan langkah-langkah observasi, bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.
Pada saat ini banyak temuan Sains diperoleh dari kerjasama antar ilmuwan, baik yang berlatar belakang disiplin ilmu yang sama maupun yang berbeda. Oleh sebab itu hasil pembelajaran IPA Terpadu seyogyanya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran IPA Terpadu guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap materi mendorong temanya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya.
Ketika seorang siswa baru belajar mengukur hambatan listrik dengan multitester, ia bertanya kepada temannya “bagaimana caranya? Tolong bantu aku ya”, lalu temannya yang sudah biasa menunjukan cara mengoperasikan alat itu. Dengan demikian, dua orang siswa itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community). Hasil belajar diperoleh dari “berbagi pengalaman” antar teman, antar kelompok, dan yang antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.
Pemodelan merupakan ciri lain pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran yang melatihkan keterampilan dan pengetahuan tertentu  dengan pemodelan seperti mengoperasikan alat, cara menganalisis data dalam proses pengolahan data eksperimen, mengamati obyak IPA dan lain lain. Pemodelan ini mrmberikan contoh cara mengerjakan sesuatu atau bagaimana cara belajar. Model tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga dengan menunjuk siswa yang dilibatkan sebagai model. Penunjukan melalui pengamatan siswa yang ditunjuk, benar-benar dapat melakukan dari pengalaman maupun belajar sebelumnya untuk mencapai standar kompetensi yang harus dicapainya
Selain itu guru juga dapat melakukan kolaborasi dengan mendatangkan ahli/pakar kekelas sebagai model. Apapun keahlian model tujuannya adalah memodelkan cara sesuatu untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa
Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran IPA Terpadu, Dalam refleksi atau merupakan cara berpikir apa yang telah dipelajari, apa yang baru dipelajari atau pengalaman dimasa lalu yang masih diingat dan dihubungkan dengan penegetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya .
Pengetahuan yang bermakna dapat diperleh dari proses. Perluasan pengetahuan siswa dapat dilakukan melalui konteks pembelajaran dan dikembangkan tahap demi tahap. Guru dapat membantu siswa menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman dan merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya
Kunci dari semua pembelajaran ini adalah bagaimana pengetahuan yang diberikan sampai ke memori jangka panjang sehingga dapat mengembangkan ide-ide baru serta kebermaknaannya bagi dirinya.
Setiap akhir pembelajaran sebaiknya guru dapat merefleksi diri seperti: apa yang diperolehnya hari ini, catatan siswa, kesan dan saran siswa, diskusi dan presentasi, dan hasil karya yang dilakukan.
        Penilaian yang dilakukan merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Hal ini sangat berguna bagi guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Kendala yang timbul harus segara diatasi dengan mengambil alternative tindakan yang tepat untuk membantu kesulitan yang dialami siswa. Sebaiknya penilaian dilakukan sepanjang proses pembelajaran dengan mengintegrasikan dengan kegiatan belajarnya. Penilaian ini menekankan pada upaya membantu siswa agar dapat menemukan cara belajarnya dengan tepat, bukan ditekankan pada seberapa banyak informasi yang diperoleh siswa di akhir pembelajaran.
        Karena penilaian ini menekankan proses pembelajaran, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar sains bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa bekerja ilmiah, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes tulis sains. Data dan informasi yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa bekerja ilmiah baik di dalam laboratorium maupun di lingkungan sekitar itulah disebut data autentik.
        Kemajuan belajar dinilai dari proses juga, bukan selalu hasil. ketika guru mengajarkan tentang pengamatan, siswa yang mampu memilih alat dengan tepat dan melakukan pengamatan dengan benar dan menghasilkan hasil pengamatan yang akurat, dialah yang memperoleh nilai tinggi. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan kinerja (performance) yang diperoleh siswa. Penilai bisa saja tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
            Dalam pembelajaran IPA Terpadu banyak hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa secara autentik. Penilaian tersebut dapat berupa gabungan dari beberapa hal berikut: Proyek (kegiatan dan laporannya), PR, kuis, karya siswa, karya tulis, presentasi, demonstrasi, laporan, hasil tes tulis, dan jurnal siswa. Intinya, dengan penilaian autentik, pertanyaan yang ingin dijawab adalah “Apakah siswa telah belajar IPA Terpadu?” Jadi siswa dinilai kemampuannya dalam IPA Terpadu dengan berbagai cara. Kemampuan siswa diukur tidak selalu dari hasil ulangan tulis.

1 komentar:

  1. How to Win at Blackjack and Other Slots by Casino | KTMH
    Learn 하남 출장샵 how to win 김천 출장안마 at Blackjack, other popular 서귀포 출장안마 casino table games and learn 남원 출장마사지 how to win at blackjack and other casino table 경상남도 출장마사지 games.

    BalasHapus