Banyak sekali pertentangan pendapat dilapangan antara
setuju dan tidak setuju tentang pembelajaran
IPA Terpadu. Pertentangan ini semakin rumit ketika persepsi
masing-masing dalam mempersiapkan dan menerapkan dalam proses pembelajaran IPA
Terpadu. Belum lagi adanya 3 versi disekolah tingkat SMP, yang pertama IPA di
SMP diajarkan oleh masing-masing guru bidang studi yang ada yaitu bidang studi
Biologi dan Fisika. Sedangkan bidang studi Kimianya mana?, versi pertama
diajarkan sebagai pelengkap oleh guru kedua bidang studi tersebut. Versi kedua,
diajarkan oleh guru yang harus memberikan IPA sesuai dengan kurikulum, tidak
memandang apakah guru biologi atau guru yang berlatar belakang fisika. Versi ketiga yang mengajar IPA
bukan dari latar belakang bidang studi tetapi guru yang ada dan mau mengajar
IPA (karena kekurangan guru). Fakta ini membuat hasil belajar siswa tidak
optimal, dan lebih parah lagi apabila guru berorientasi pada pendapat bahwa
perguruan tinggi tidak ada IPA Terpadu. Kenyataan sekarang telah ada S-1
Pendidikan Sains, S-2 Pendidikan Sains, dan S-3 Pendidikan Sains.
Selain alasan-alasan tersebut di atas, secara psikologis
pembelajaran IPA
Terpadu lebih menguntungkan para siswa. Penelitian dalam psikologi perkembangan
dan kognitif menyarankan bahwa seseorang belajar paling baik ketika berhadapan
dengan gagasan yang berkaitan satu sama lainnya. Dalam hal ini berarti bahwa
pembelajaran IPA Terpadu dapat membantu retensi siswa.
Secara sosiokultural, pembelajaran IPA Terpadu di tingkat
SMP mengarah kepada kebutuhan, minat, dan kapasitas siswa saat itu. Di sinilah yang perlu
dipikirkan pengembangan perangkat yang harus disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa, yang dapat meningkatkan berpikir kritis, pemecahan masalah dan
alternative/solusi dari pemecahan masalah tersebut.
Secara motivasional, pembelajaran IPA Terpadu menghindari
belajar menghafal dalam lingkup materi, oleh karena itu pembelajaran
diorganisasi sekitar pemilihan topik/tema yang dipilih serta yang harus
diselesaikan dengan ”Problem Solving” sehingga diharapkan dapat memotivasi dan
memperluas minat siswa untuk menindak lanjuti.
Secara pedagogis, untuk mengatasi cakupan materi
yang sangat luas dan sulit dan kemungkinan merupakan kendala para guru untuk
melingkupi semua hal yang dinyatakan sebagai esensial untuk kehidupan yang
produktif. Salah satu usaha mengatasi hal tersebut mereka harus memfokuskan
upaya pengalaman ke arah internalisasi dari sikap positip ke arah belajar,
sekaligus pembelajaran IPA Terpadu mengarahkan siswa menggunakan keterampilan
secara bermakna dan langsung juga meningkatkan transfer belajar karena dekat
denga kondisi riil/live science).
0 komentar:
Posting Komentar