Senin, 27 Oktober 2014

Manfaat Fosfor


Fosfor sangat penting dan dibutuhkan oleh mahluk hidup tanpa adanya fosfor tidak mungkin ada organik fosfor di dalam Adenosin trifosfat (ATP) Asam Dioksiribo nukleat (DNA) dan Asam Ribonukleat (ARN) mikroorganisme membutuhkan fosfor untuk membentuk fosfor anorganik dan akan mengubahnya menjadi organik fosfor yang dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan asam nukleat (Darmadi, 2010).
Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam  bahan  peledak, korek api,  kembang api, pestisida, odol, dan deterjen. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampufluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark) (Barus, 2002).
Fosfor merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan. Dalam beberapa tahun terakhir, asam fosfor yang mengandung 70% – 75% P2O5, telah menjadi bahan penting pertanian dan produksi tani lainnya. Fosfor juga digunakan dalam memproduksi baja, perunggu fosfor, dan produk-produk lainnya. Trisodium fosfat sangat penting sebagai agen pembersih, sebagai pelunak air, dan untuk menjaga korosi pipa-pipa. Fosfor juga merupakan bahan penting bagi sel-sel protoplasma, jaringan saraf dan tulang. Oleh karena itu, kita harus mengetahui tentang betapa pentingnya fosfor dalam kehidupan.
Fosfat juga seringkali digunakan sebagai pupuk penyubur tanah. Sumber fosfat bukan hanya berasal dari batu-batuan tapi juga dari kotoran hewan yang disebut guano. Guano adalah nama dari sejenis kotoran burung laut yang merupakan sumber utama fosfor dunia terutama yang kemudian diolah menjadi pupuk.

Sejarah Fosfor


Fosfor (berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang memiliki cahaya; nama kuno untuk planet Venus ketika tampak sebelum matahari terbit). Seorang ilmuwan asal Jerman, Brand menemukan fosfor di tahun 1669 secara tidak sengaja dalam percobaan menggali bebatuan. Fosfor dapat ditemukan di bumi di dalam air, tanah dan sedimen (Kanti, 2006).
Tidak seperti senyawa materi lain siklus fosfor tidak dapat ditemukan di udara yang mempunyai tekanan tinggi. Hal ini karena fosfor biasanya cair pada suhu dan tekanan normal. Hal ini terutama melakukan siklus kembali melalui air, tanah dan sedimen.. Dalam suasana siklus fosfor terutama dapat ditemukan sebagai partikel debu yang sangat kecil. bergerak perlahan-lahan dari endapan di darat dan di sedimen, organisme hidup, dan jauh lebih lambat daripada kembali ke tanah air dan sedimen (Barus, 2002).
Fosfor yang paling sering ditemukan dalam formasi batuan sedimen dan laut sebagai garam fosfat. Garam fosfat yang dilepaskan dari pelapukan batuan melalui tanah biasanya larut dalam air dan akan diserap oleh tanaman. Karena jumlah fosfor dalam tanah pada umumnya kecil, sering kali faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Itu sebabnya manusia sering menggunakan fosfat sebagai pupuk pada tanah pertanian.
Fosfat juga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman di ekosistem laut, karena tidak begitu larut dalam air. Hewan menyerap fosfat dengan makan tumbuhan atau binatang pemakan tumbuhan Siklus fosfor melalui tanaman dan hewan jauh lebih cepat daripada yang dilakukannya melalui batu dan sedimen. Ketika hewan dan tanaman yang mati, fosfat akan kembali ke tanah atau lautan lagi selama pembusukan. Setelah itu, fosfor akan berakhir di formasi batuan sedimen atau lagi, tetap di sana selama jutaan tahun. Akhirnya, fosfor yang dilepaskan kembali melalui pelapukan dan siklus dimulai lagi (Arfiati, 1989).
https://www.academia.edu/7348286/Siklus_Fosfor

Fosfor (p)


Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Ada 40 unsur yang diperlukan bagi kehidupan,diantaranya yang terpenting adalah karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S), oksigen (O), kalium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), silicon (Si), besi (Fe), dan aluminium (Al), selain itu sebagian unsur-unsur ini juga tersimpan dalam bentuk organik dalam tubuh makhluk hidup yang masih hidup atau yang sudah mati.
Unsur-unsur tersebut terus-menerus diambil oleh makhluk hidup dari lingkungan, tapi tidak akan habis, karena setelah dimanfaatkan dalam tubuh, unsur-unsur itu akan dikembalikan lagi ke lingkungan melalui proses pernafasan, fotosintesis, pembusukan, dan ekskresi. Semua unsur kimia (senyawa anorganik) ini mengadakan sirkulasi dari alam ke organisme dan kembali lagi ke alam, selanjutnya masuk ke organisme lagi, demikian seterusnya sehingga membentuk suatu daur/siklus yang berulang. Proses ini disebut Daur ataupun siklus Biogeokimia.
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia (Krisna, 2013).
Di bumi banyak terdapat fosfor yang antara lain sumber fosfor di dapat dari batuan, bahan organik, tanaman, dan juga tanah. Input daur fosfor berupa hasil pelapukan bebatuan, sedangkan outputnya menghasilkan fiksasi mineral dan pelindikan. Daur biogeokimia juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik. Karena itu, daur ini disebut juga daur organik dan daur biotik-abiotik. Daur biokimia sangat diperlukan untuk kelestarian makhluk hidup dan ekosistem, jika daur materi ini terganggu, makhluk hidup akan mati dan ekosistem akan punah. Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor (Indra, 2013).
Siklus fosfor dan siklus nitrogen merupakan siklus yang sangat penting di suatu perairan. Fosfor sangat berguna bagi organisme perairan baik hewan maupun tumbuhan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup memerlukan zat-zat seperti air,oksigen, karbohidrat, nitrogen dan sebagainya. Mengingat akan pentingnya keberlangsungan hidup organisme terhadap siklus yang terjadi, maka pada tugas makalah ini, kami akan membahas mengenai salah satu siklus, yaitu siklus fosfor.
https://www.academia.edu/7348286/Siklus_Fosfor

Unsur Diperlukan makhluk hidup


Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Ada 40 unsur yang diperlukan bagi kehidupan,diantaranya yang terpenting adalah karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S), oksigen (O), kalium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), silicon (Si), besi (Fe), dan aluminium (Al), selain itu sebagian unsur-unsur ini juga tersimpan dalam bentuk organik dalam tubuh makhluk hidup yang masih hidup atau yang sudah mati.
Unsur-unsur tersebut terus-menerus diambil oleh makhluk hidup dari lingkungan, tapi tidak akan habis, karena setelah dimanfaatkan dalam tubuh, unsur-unsur itu akan dikembalikan lagi ke lingkungan melalui proses pernafasan, fotosintesis, pembusukan, dan ekskresi. Semua unsur kimia (senyawa anorganik) ini mengadakan sirkulasi dari alam ke organisme dan kembali lagi ke alam, selanjutnya masuk ke organisme lagi, demikian seterusnya sehingga membentuk suatu daur/siklus yang berulang. Proses ini disebut Daur ataupun siklus Biogeokimia.
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia (Krisna, 2013).
Di bumi banyak terdapat fosfor yang antara lain sumber fosfor di dapat dari batuan, bahan organik, tanaman, dan juga tanah. Input daur fosfor berupa hasil pelapukan bebatuan, sedangkan outputnya menghasilkan fiksasi mineral dan pelindikan. Daur biogeokimia juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik. Karena itu, daur ini disebut juga daur organik dan daur biotik-abiotik. Daur biokimia sangat diperlukan untuk kelestarian makhluk hidup dan ekosistem, jika daur materi ini terganggu, makhluk hidup akan mati dan ekosistem akan punah. Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor (Indra, 2013).
Siklus fosfor dan siklus nitrogen merupakan siklus yang sangat penting di suatu perairan. Fosfor sangat berguna bagi organisme perairan baik hewan maupun tumbuhan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup memerlukan zat-zat seperti air,oksigen, karbohidrat, nitrogen dan sebagainya. Mengingat akan pentingnya keberlangsungan hidup organisme terhadap siklus yang terjadi, maka pada tugas makalah ini, kami akan membahas mengenai salah satu siklus, yaitu siklus fosfor.

Nitrogen



Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.



Bentuk dan fungsi  N
N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Berupa asam amino, amida dan amin yang berfungsi sebagai kerangka (building blocks) dan senyawa antara (intermediary compounds). Berupa protein, khlorofil, asam nukleat: protein/ensim mengatur reaksi biokimia, N merupakan bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau pucat atau kekuningan disebabkan kekahatan N, sebagai bahan dasar  DNA dan RNA.
Mobilitas N
Unsur N sangat mobil dalam jaringan tanaman, dialihtempatkan dari daun yang tua ke daun yang muda. Gejala kekahatan klorosis muncul pada daun dibagian bawah yaitu daun yang lebih tua.  Jika berlebihan N akan merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi, penggunaan CH2O juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan menjadi sukulen, tanaman rebah, mudah terserang penyakit.
Sumber N
Beberapa sumber N adalah : perombakan bahan organik: daur N; penyematan biologis: simbiotik dan non simbiotik; deposisi atmosfir: karena muatan listrik dan kegiatan industri; pupuk N  dan rabuk, kompos dan biosolid.
Bentuk N yang diserap tanaman
Bentuk NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepaskan dari daun ke udara, jumlahnya tergantung konsentrasi di udara. Sebagian besar N diambil akar dalam bentuk  anorganik yaitu NH4+ (ammonium) and NO3- (nitrat). Jumlahnya tergantung kondisi tanah, nitrat lebih banyak terbentuk jika tanah hangat, lembab dan aerasi baik. Penyerapan NH4+lebih banyak terjadi pada pH tanah netral, sedangkan NO3- pada pH rendah. Senyawa NO3-umumnya bergerak menuju akar karena aliran masa, senyawa NH4+ bersifat tidak mobil, gerakan disebabkan oleh difusi juga aliran masa.
Senyawa ammonium ini tidak harus direduksi di dalam tubuh tanaman sehingga menghemat energi, kandungan protein tanaman lebih tinggi (CH2O). Keseimbangan kation/anion: mengurangi penyerapan Ca, Mg, K, tetapi meningkatkan penyerapan fosfat, sulfat dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas H+.
Senyawa nitrat harus direduksi terlebih dahulu di dalam tubuh tanaman sebelum disintesis menjadi asam amino, NO3- à  NH3. Keseimbangan kation/anion: meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, tetapi menurunkan penyerapan fosfat, sulfat, dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas HCO3- (OH-)
Jika kadar NH4+ tinggi dapat bersifat meracun, NH4+ à NH3, sedangkan jika kelebihan NO3-dapat secara aman disimpan dalam vakuola. Preferensi tanaman: kebanyakan tanaman tumbuh baik pada kondisi campuran, tanaman yang tahan terhadap suasana masam umumnya lebih baik jika diberi NH4+, sebaliknya keluarga terung-terungan (Solanaceae) lebih menyukai NO3-, karena membutuhkan banyak kation lainnya (penyerapan nitrat merangsang penyerapan kation).
Transformasi N dalam tanah
Di dalam tanah unsur N dapat mengalami alihrupa sebagai berikut: Mineralisasi, Immobilisasi, Nitrifikasi, Denitrifikasi, Volatilisasi, Fiksasi N.
Mineralization
Pelepasan N organik menjadi N yang tersedia bagi tanaman yaitu: NH4+, melibatkan mikrobia heterotrof yaitu bakteri dan kapang. Bahan organik tanah mengandung N sekitar 5%, sekitar 1-4% dari N organik mengalami mineralisasi setiap tahunnya.
§  Aminisasi: proteins + H2O –> asam amino + amina + urea + CO2 + energi.  pemecahan protein menjadi unit lebih kecil, yang mengandung gugus NH2
§  Ammonifikasi:
R – NH2 + H2O –>  NH3 + R – OH + energi
NH
3 + H2O        –>  NH4+ + OH-
Immobilisasi (assimilasi)
Berkebalikan dengan proses mineralisasi. Pengambilan bentuk N anorganik dari tanah kemudian menyatukan bahan tersebut menjadi bentuk N organik oleh mikrobia, dapat berupa NH4+ atau NO3-. Kesetimbangan antara mineralisasi dan immobilisasi ditentukan oleh nisbah C:N .
Nitrifikasi
Perubahan NH4+ menjadi NO3-, sumber NH4+ dapat berupa bahan organik atau pupuk. Oksidasi biologis: bilangan oksidasi N meningkat dari -3 menjadi + 5, melalui 2 tahapan proses:
2NH4+ + 3O2 –>  2NO2- (nitrit) + 2H2O + 4H+ (Nitrosomonas bacteria) dan
2NO
2- + O2 –> 2NO3( Nitrobacter bacteria)
Nitrit bersifat meracun, umumnya tidak sampai mengumpul, karena reaksi nitrit menjadi nitrat jauh lebih besar dibanding perubahan ammonium menjadi  nitrit. Ada dua jenis bakteri ototrof yang menonjol, mereka mendapatkan energi dari oksidasi N, sedangkan C diambil dari CO2
Proses nitrifikasi
Meningkatkan potensi pelindian N. Senyawa NO3- sangat mobil, sangat  larut air, tidak dapat dipegang oleh koloid tanah. Senyawa NH4+ merupakan kation tertukar, dapat dipegang oleh koloid tanah, bersifat mobil dalam tanah pasiran tanah yang memiliki KPK rendah. Untuk berlangsungnya proses nitrifikasi diperlukan suasana aerasi yang baik, karena yang aktif bakteri aerobik, oksigen diperlukan sebagai reaktan dalam kedua reaksi yang terlibat. Proses ini bersifat mengasamkan tanah, 2 mol H+ dihasilkan per mol NH4+yag dinitrifikasi, ini dapat berasal dari pupuk ammonium atau mengandung pembentuk ammonium (urea). Sangat cepat pada pH tinggi, optimum pada pH 8.5, bakteri memerlukan cukup Ca dan P, keseimbangan reaksi lebih cocok pada pH tinggi tersebut. Reaksi cepat pada temperatur hangat dan tanah yang lembab. Penghambat nitrifikasi: digunakan untuk membatasi pelindian nitrat,  N-Serve (nitrapyrin) karena bersifat meracun bagi Nitrosomonas.
Denitrifikasi
Kehilangan N dalam bentuk gas, reaksi NO3- menjadi N2 dan N2O. Bakteri anaerob:PseudomonasBacillus, menggunakan N sebagai sumber O2 dalam respirasi, terjadi pada tanah tergenang atau terbatasnya oksigen, sekitar akar atau seresah yang sedang terombak. Bakteri memerlukan bahan organik, bahan orgaik yang siap dirombak sebagai sumber energi
4(CH2O) + 4NO3- + 4H+ –>  4CO2 + 2N2O  + 6H2O
5(CH
2O) + 4NO3- + 4H+ –>  5CO2 + 2N2O  + 7H2O
Kehilangan N dari pupuk umumnya 10-30%, pada kondisi: penambahan bahan orgaik dan kurangnya aerasi, temperatur hangat : antara 50 – 80 F, pH >5.5, cukup sediaan nitrat, pertumbuhan tanaman, dapat menyumbang C dan kurangnya oksigen, tanaman dapat juga membatasi denitrifikasi dengan mengurangi kadar air dalam tanah dan nitrat karena diserap
Volatilisasi
Kehilangan berupa gas NH3, terutama dari pupuk N di permukaan, juga rabuk di permukaan tanah, kehilangan rabuk juga terjadi saat penanganan dan penyimpanan, dengan  reaksi NH4–>  H+ + NH3 . Kehilangan NH3 terutama pada pH tinggi, pH larutan >7 , pada kesetimbangan reaksi bergerak ke kanan, kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Pada tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding pupuk NH4, reaksi awal NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea meningkatkan pH sekitar butiran:
CO(NH2) 2 (urea) + H+ 2H2O –>   2NH4+ + HCO3-
ini memerlukan H
dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH
4+ + HCO3–>   NH3  + H2O + CO2
Pada tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial tetap tinggi. Pupuk NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam suasana asam, karena bereaksi dengan karbonat, NH4+ + HCO3à  NH3  + H2O + CO2 , kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam ammonium yang terlarut seperti klorida dan nitrat.
Faktor lain yang mendorong volatilisasi antara lain: bentuknya cairan vs. padatan. Aplikasi permukaan disebar (broadcast surface applications), dibandingkan setempat atau dicampurkan. Temperatur yang tinggi. Permukaan tanah yang lembab dan evaporasi yang cepat. KPK yang rendah: retensi NH4+ dan penyanggaan pH. residu tanaman di permukaan, penggembalaan dan gumpal tanah, menjaga lengas tanah permukaan, mengurangi kontak tanah dan gerakan ke dalam tanah
Inhibitor Urease merupakan alat untuk menghambat perombakan urea dan mengurangi volatilisasi N, contoh: Agrotrain. umumnya kurang efektif dibandingkan dengan perbaikan cara pemupukan, misalnya concentrated banding. Urease adalah ensim yang memecah urea, berasal dari tanaman atau tanah (mikrobia).  Usaha yang lain dengan membuat Slow release, urea-based fertilizers Contoh: Ureaform: Urea-formaldehyde, SCU (Sulfur-coated urea), manfaatnya:   pemberian cukup satu kali untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya 3 – 6 atau 9 bulan, hemat pada tempat yang memiliki potensi pelindian atau penguapan yang tinggi, Sering digunakan untuk tanaman hias atau tanaman tahunan.
Ammonia anhidrat, karena bentuknya mudah menguap, maka disuntikkan di bawah permukaan tanah, standar 15 cm untuk tanah kasar lebih dalam lagi. Kondisi yang cocok untuk kehilangan: tanah yang kering: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, NH3 tidak berubah menjadi NH4+, tanah lempung basah: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, tekstur kasar: difusi NH3 , tanah berbongkah: difusi NH3 , bahan organik rendah: bahan organik memegang NH3,
Tujuan penggunaan Inhibitor nitrifikasi untuk menghambat nitrifikasi, dan mengurangi pelindian N. Umumnya digunakan pada musim gugur, atau di tanah pasiran. Contoh: bahan N-Serve, DCD yang berfungsi menghambat perubahan ammonium menjadi nitrit dalam proses nitrifikasi.
Fiksasi N
Meskipun kadar N udara 78%, tetapi ketersediaan N dalam tanah sering menjadi faktor penghambat. Terdapat 70 juta kg N setiap hektar tanah. N2 harus diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Fiksasi industri: N2 direduksi dengan energi yang besar (high energy inputs), pada temperatur tinggi 1.200 0C dan tekanan tinggi 500 atm. dengan reaksi: 3H2 + N–>  2NH3. NH3 (amonia anhidrat) digunakan langsung sebagai pupuk atau sebagai bahan baku pupuk N yang lain.
Berbagai mikrobia dapat menyemat N2: Simbiotik atau hidup bebas. Rhizobia dan legum. Hal ini penting bagi dunia pertanian. Bakteri simbiotik membentuk bintil akar,  tanaman inang menerima N yang tersemat sedangkan bakteri  menerima fotosintat.
Rhizobia dan legum memiliki hubungan yang bersifat spesifik, legum yang yang berbeda membutuhkan spesies Rhizobia tertentu yang sesuai. Umumnya dilakukan inokulasi pada biji yang akan ditanam. Hal ini diperlukan terutama jika lahan baru untuk pertama kali ditanami legum tersebut atau untuk introduksi suatu strain baru. Strain memiliki kemampuan menyemat N yang berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi penyematan N antar alain: Keadaan pH tanah :  pH yang rendah membahayakan Rhizobia dan akar tanaman, adanya keracunan Al dan Mn , serta kekahatan Ca, Mo dan P. Spesies dan strain memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda. R. meliloti (alfalfa, sweet clover) sangat peka terhadap pH yang rendah, strain lain lebih toleran. Kadar Nitrogen tersedia tanah: jika kandungan N tanah tinggi, maka penyematan akan rendah. Pertumbuhan tanaman dan manajemen: laju fotosintesis tinggi akan meningkatkan penyematan N, sebaliknya hal yang menurunkan batang atau hasil juga menurunkan penyematan N misalnya frekuensi dan waktu pemangkasan pada HMT.  Kemampuan penyematan N pada legum tahunan (perennial)       : 100-200 kg/ha/th, sedangkan legum semusim (annual)      : 50-100 kg/ha/th
Penyematan N lainnya
Azolla Anabaena : paku air dan ganggang hijau biru (cyanobacteria), jumlah N yang tersemat cukup untuk padi sawah. Cyanobacteria (blue-green algae), hidup bebas, pada tanah tergenang, permukaan tanah yang lembab. Azospirillum: bakteria yang hidup bebas, atau bersekutu dengan akar serealia atau rerumputan. Azotobacter: bakteria hidup bebas, di tanah, air , risosfer, atau permukaan daun. Bentuk hubungan yang lain kurang berhubungan dengan pertanian, tetapi bermanfaat bagi ekosistem alam atau agroforestry. Pohon legum: Black locust, mimosa, akasia. Frankia: aktinomisetes simbiotik, Alder.
sumber http://nasih.wordpress.com/2010/11/01/nitrogen/